Senin, 26 Agustus 2013

Glomerulopati


DEFINISI

Glomerulopati merupakan peradangan pada glomeruli.
Glomeruli adalah bagian pertama dari sistem penyaringan ginjal.
Terdapat 4 jenis glomerulopati:


Sindroma Nefritik Akut,timbul secara mendadak dan biasanya cepat sembuh
Sindroma Nefritik Progresif, timbul secara mendadak dan segera memburuk
Sindroma Nefrotik, menyebabkan hilangnya sejumlah besar protein dalam air kemih
Sindroma Nefrotik Kronik, timbul secara bertahap dan memburuk secara perlahan, seringkali selama bertahun-tahun.

Jika glomerulus mengalami kerusakan, maka zat-zat dari aliran darah tidak disaring secara normal. Protein, darah, sel darah putih dan debris) dapat melewati glomerulus dan masuk ke dalam air kemih. Bekuan darah yang kecil (mikrotrombus) bisa terbentuk di dalam kapiler yang memperdarahi glomerlus, sehingga mengurangi jumlah air kemih yang dihasilkan. Selain itu, ginjal menjadi tidak mampu memekatkan air kemih, membuang asam dari tubuh atau menyeimbangkan pembuangan garam. Pada awalnya glomerulus bisa mengkompensasai sebagian dengan cara tumbuh lebih besar, tetapi hal ini akan semakin menambah kerusakan sehingga pembentukan air kemih berkurang dan limbah metabolik terkumpul di dalam darah.

PENYEBAB

Peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefritis atau sautu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara:
Suatu antibodi dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal
Antigen dan antibodi bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian menempel pada sel-sel di dalam ginjal.

GEJALA
Gejala yang timbul tergantung kepada jenis glomerulopati yang terjadi.

DIAGNOSA
Diagnosis pasti untuk semua jenis glomerulopati adalah dengan biopsi ginjal. Diambil potongan kecil ginjal (biasanya dengan jarum yang dimasukkan melalui kulit) dan diperiksan dengan mikroskop.

Urinalisis (pemeriksaan contoh air kemih) membantu memperkuat diagnosis dan pemeriksaan darah rutin bisa menunjukkan luasnya kerusakan fungsi ginjal.

Pengukuran kadar antibodi dalam contoh darah membantu menentukan perkembangan penyakit; jika kadarnya tinggi maka keadaannya buruk, jika kadarnya rendah maka keadaannya membaik.

PENGOBATAN
Usaha untuk merubah reaksi kekebalan dengan membuang antigen, antibodi maupun kombinasi keduanya dilakukan melalui prosedur plasmaferesis, dimana zat-zat yang berbahaya dibuang dari dalam darah.

Untuk menekan reaksi kekebalan diberikan obat anti peradangan dan obat imunosupresan (penekan sistem kekebalan) misalnya kortikosteroid ( Prednisone , Methylprednisolone ) , Azatriopine , Cyclosporine , Chlorambucil dan siklofosfamid. Pada beberapa kasus, diberikan obat yang mencegah terbentuknya bekuan darah.

Jika memungkinkan, diberikan pengobatan spesifik untuk penyakit yang mendasarinya; misalnya pemberian antibiotik untuk mengatasi suatu infeksi.


Anatomi & Fisiologi Kelenjar Adenoid

1. Anatomi
Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap dan dinding posterior nasofaring (Ballinger, 1999).  Nasofaring berada di belakang bawah dari soft palate dan hard palate. Bagian atas dari hard palate merupakan atap dari nasofaring. Anterior nasofaring merupakan perluasan rongga hidung posterior. Menggantung dari aspek posterior soft palate adalah uvula. Pada atap dan dinding posterior nasofaring, diantara lubang tuba auditory, mukosa berisi masa jaringan limfoid yang disebut pharyngeal tonsil (adenoid). (Ballinger, 1999). Nasofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle. Berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing-masing melalui choanae dan tuba eustachius (Susworo, 1987).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBGmWmAzo3NrH57j_RMvWSQTwa7bnst1sSnCBDTjqhjPYJyjrCsProT-7JK08DIBBeIvUUMOhUpwENykj2abA3zuL8dyYrIaX2Cu7J-wvXn8m-NGZXQfxsZORcJCQWKfEzgxApYzoMf-c/s320/1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcgx1Qa9leIrZ4IR_UUwF4bd90L5nbhmEGblBujGgx9NTiZNFFekSB5U74HHLTaZ1XUnUnQtXple66Qm8B4hjmHvy9-phKTwv4qMx1IV35UQLMsuJ_07hlMxSzcDyyMyCRtJGACHfNryg/s320/2.jpg

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak (HTA Indonesia, 2004).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYcO027vytUvrlqmNVgS33GQuH4MhQ_o3SaQ7t4swrzstRKAUptl9KWUF11q3NcMFuhLFJNUaFjOeYFBQENumJx5QaVvr73IaNzxttnP9zWv1yKt5YkyN2J7_R8VdTsEOoU2kwo6kfPas/s320/3.jpg

2. Fisiologi Kelenjar Adenoid
Adenoid bersama tonsil dan lingual tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba Eustachius. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi pada masa kanak-kanak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatu kesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan (Parcy, 1989). Ukuran adenoid kecil pada waktu lahir. Selama masa kanak-kanak akan mengalami hipertrofi fisiologis, terjadi pada umur 3 tahun. karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan melalui mulut. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk mendapatkan infeksi dari anak yang lain. Hal ini menyebabkan pembesaran adenoid dan akan menciut setelah usia 5 tahun. Adenoid akan mengalami atrofi dan menghilang keseluruhannya pada usia pubertas (Parcy, 1989).


Teknik Radiografi Pelvimetri

TINJAUAN TEORI

1.1. Anatomi Pelvis

Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1)os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) 2) os sacrum dan 3) os coccigeus. Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjilan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris.

Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.




Gb. 1 Tulang Pembentuk Pelvis






1.2. Jalan Lahir.


Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya dalam obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus).




Gb. 2. Potongan Sagital Panggul


A. Pintu Atas Panggul




Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simpisis. Pada panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit. Ukuran ukuran pintu atas panggul :

Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika.
Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm.
Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm
Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,5-13 cm
Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka.

Gb. 3. Pintu Atas Panggul
B. Ruang Panggul
Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah panggul (PBP). Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh ossakrum dan os koksigis, sepanjang ±12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan.

Gb.4. Ruang Panggu
C. Pintu Bawah Panggul
Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah ± 90 derajat . Jika kurang dari 90 derajat , lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior.
D. Jenis Panggul
Menurut Caldwell-Moloy panggul terdiri dari :
Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hamper sama dengan transversa
Jenis android: Bentuk PAP hamper segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hamper sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita
Jenis anthropoid: bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35 % wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa
Jenis platipelloid: ditemukan pada 5 % wanita . diameter transversa lebih besar dapirada diameter anteroposterior.
Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinasi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.

Gambar 5. Pintu atas panggul (klasifikasi Caldwell-Moloy)

1.3. Indikasi Pemeriksaan Pelvimetri

Pada anamnese terdapat riwayat
Kesulitan persalinan
Persalinan midforceps
Kematian janin yang tidak dapat diterangkan
Palpasi
Pintu atas panggul
Terabanya promontorium pada toucher vagina
Kepala janin diluar simpisis
Kegagalan dalam usaha penekanan kepala janin kedalam PAP
Pintu bawah panggul
Kepalan tangan yang tidak masuk antara tuberositas ischiadika
Tidak masuknya kepala dalam PAP pada primigravida pada akhir bulan persalinan.




PEMBAHASAN DAN HASIL


2.1. Sejarah dan Definisi Pelvimetri


Pelvimetri radiology pertama kali dikembangkan oleh Albert di jerman serta Budin dan Varnier di prancis pada tahun 1895. sejak saat itu banyak tulisan yang dibuat mengenai pelvimetri, yang berhubungan dengan macam-macam tehnik pengukuran. Dari yang mudah hingga yang sukar dengan suatu kecenderungan saat ini untuk kembali lagi pada cara yang mudah. Thoms menerbitkan hasil karyanya tentang pelvis pada tahun 1922,dan saat ini banyak dijadikan sebagai pedoman metode-metode radiology. Johnson, Cliffort dan Hodges melakukan penelitian dalam metode posisi untuk mengurangi bayangan palsu agar didapat ukuran yang sebenarnya. Guthmann, pada tahun 1928 adalah orang yang pertama menegaskan pentingnya proyeksi lateral pelvis untuk pengukuran diameter sagital. Ball pada tahun 1932 menegaskan pentingnya sifat-sifat kwalitatif terhadap masalah penyesuaian kepala janin terhadap pelvis dalam mekanisme persalinan yang disebut pelvimetri dan sepalometri.
Metode ini sukar dikerjakan karena :

Jarak objek tidak dapat diukur dengan seksama oleh karena objek adalah kepala yang letaknya dalam pelvis yang kebanyakan kasus tidak horizontal dan tidak terdapat titik anatomi yang tetap untuk dilokalisasi
Untuk mendapat diameter-diameter tersebut, diperlukan foto yang dibuat paralaks dan masing masing pengukuran dibuat dua kali ekposisi.
Saat ini terdapat Ultrasonografi yang dapat mengukur diameter biparietal dengan cukup memuaskan dan tidak membahayakan janin.
Sekarang pelvimetri Roentgenologis tidak lagi dianggap perlu dalam penanganan persalinan dengan presentasi kepala janin pada ibu yang diduga mempunyai panggul sempit. Tetapi, kalau persalinan pervaginam diantisipasi untuk seorang janin dengan presentasi sungsang, pelvimetri rentgenologis masih tetap merupakan standart perawatan yang dapat diterima dibanyak pusat kedokteran.

Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentukan apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam. Prognosis untuk suksesnya persalinan pervaginam tentu tidak dapat dipastikan berdasarkan pelvimetri roentgenologis saja, karena kapasitas panggul merupakan salah satu factor yang menentukan hasil akhir. Terdapat sekurangnya lima factor yang dihadapi : (1) ukuran dan bentuk panggul tulang, (2) Ukuran kepala janin, (3) Kekuatan kontraksi uterus, (4) kekuatan moulage kepala janin, (5) presentasi dan posisi janin. Hanya factor yang pertama yang dapat dipertanggung jawabkan dengan pengukuran radiografik yang agak teliti. Dikenal dua macam pelvimetri yaitu pelvimetri klinis dan radiologis. Pelvimetri klinis mempunyai arti penting untuk menilai secara kasar pintu atas panggul,panggul tengah dan memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri roentgenologis akan diberikan gambaran yang jelas tentang bentuk panggul, ketepatan tambahan dalam pengukuran pelvis , serta dapat dilakukan pengukuran diameter penting yang sulit diperoleh secara tepat dengan cara pengukuran manual yaitu diameter tranversa pintu atas dan tengah panggul.


2.2. Teknik Pelvimetri Roentgenologis

Kondisi yang digunakan disesuakan dengan jenis pesawat yang dipakai, posisis penderita, besar penderita dan jenis kaset yang dipakai, beberapa tehnik pemeriksaan yang dipakai dalam pelvimetri adalah :
1. METHODE MODIFIKASI THOMS
Pengukuran palvimetri pada metode ini diperlukan dua posisi yaitu lateral dan inlet (supero inferior). Menurut Thoms dan Wilson bahwa jarak yang ditetapkan pada masing-masing posisi harus sama , agar nilai terhadap pembesaran relative dari dua bayangan akan tetap dak kesalahan dapat diperkecil akibat sinat X yang divergen. Pada pembuatan secara tehnik ini diidentifikasi penentuan level titik anterior pada simpisis pubis dapat ditetapkan ketelitian sampai 1 cm. sedang penentuan titik posterior menjadi persoalan dalam penentuan titik secara tepat pada intervertebrae lumbal IV dan V. Penelitian Thoms membuktikan bahwa penentuan titik posterior ini dapat berbeda 4 cm dalam pengukuran dan menimbulkan bias 0,2-0,3 cm.. bila pengukuran Thoms dilakukan secara baik, maka metode ini mempunyai ketepatan sampai dengan 2 mm.

a. Posisi Inlet


Gambar posisi Inlet

Posisi Pasien
Pada tubuh penderita ditetapkan titik pada permukaan anterior berjarak 1 cm dibawah batas atas simpisis pubis, dan satu titik pada bagian belakang punggung antara intervertebrae IV dan V
Penderita diletakan diatas meja roentgen dan diusahakan bidang sagitalis media pasien tepat pada garis tengah unit meja pelvimeter dan posisi pasien bersandar.
Dengan menggunakan kaliper pengukur jarak , disisi kaliper dibuat sejajar dengan meja yang ditunjukan oleh bayangan udara pada tengah kaca kaliper- diukur jarak bidang imajinasi PAP yang terbentuk oleh kaliper sejajar dengan film
Dilakukan ekposisi pertama dengan posisi setengah duduk yaitu bidang atas panggul yang diukur tetap sejajar dengan film. Tahan nafas diakhir inspirasi pada waktu eksposisi.
Ketinggian skala sentimeter Thoms (Thoms pale) yang berjarak tiap titik 1 cm diatur dan ditempatkan pada meja pelvimeter sesuai dengan ketinggian ukuran yang didapat sebelumnya.
Pada ekposisi yang kedua penderita bergeser sedang film dan tabung tetap pada posisi semula
Sentralisasi : dengan sinar vertical dibidang sagitalis media ke titik 2,5 inci belakang simpisis
Jarak FFD : 36 inchi (90 cm)
Ukuran film : 12 x 12 inchi (30 x 30 cm)
b. Posisi Lateral

Posisi Pasien
Penderita berdiri dimuka diafragma potter Bucky yang vertical. Dapat dalam posisis lateral kanan atau kiri. Diusahakan agar panggul bersentuhan dengan bidang vertical dan posisi lengan menyilang ke atas
Dengan menggunakan pengukur jarak diusahakan agar posisi lipatan tengah gluteal dan lipatan tengah labia dama jauhnya dari meja.
Ekposisi pertama dibuat setelah penderita tahan nafas diakhir inspirasi
Skala sentimeter Thoms diukur sesuai jarak yang didapat dan ditempatkan pada meja pelvimeter
Pada ekposisi kedua penderita bergeser, sedang film dan tabung tetap pada posisi semula.

Gambar posisi lateral
Sentralisasi : pada pertengahan daerah insisura ischiadika mayor dengan sinar horizontal
Jarak FFD : 36 inci (90 cm)
Ukuran film : 14x 17 inci atau 18 x 24 inci
Pada pembuatan foto yang baik ,maka pada posisi lateral harus tampak dengan jelas batas atas dan bawah simpisis pubis, acetabelum, spina ischiadica, tuberositas ischiadika, vertebrae lumbal bawah dan permukaan anterior sacrum, arcus sacroischiadika. Kaput femoris kiri dan kanan harus superposisi satu dengan yang lain. Sedang posisi inlet tampak pandangan aksial PAP, spina ischiadica dan dinding pintu bawah panggul serta titik hitam dari proyeksi skala sentimeter Thoms.


2. METHODE BALL
1. Posisi AP

Posisi Pasien
penderita berdiri tegak dan dipusatkan pada bidang sagitalis media dari tubuh pada garis tengah diafragma Potter Bucky
Film ditempatkan melintang agar kedua trokhanter mayor masuk bidang film
Diatur diafragma Potter Bucky sehingga batas bawah film satu inci dibawah garis tuber ischiadica (sebagai tanda adalah lipatan gluteofemoral)
Pasien difiksir agar tidak bergerak dan pada waktu ekposisi penderita menahan nafas
Sentralisasi : sinar melalui sagitalis mediam tegak lurus pada batas atas simpisis pubis. Bila diperlukan . Bila diperlukan film yang stereoskopis dilakukan dengan menggerakan tube ke atas 3 inci dari level yang digunakan posisi lateral agar didapat film yang stereoskopis
Ukuran Film : 18 x 24 inci atau 14x 17 inci 2. Posisi Lateral



Posisi Pasien
Penderita dari anteroposterior diputar 900 menjadi true lateral dan penderita berdiri pada posisi lateral kanan , sehingga gluteus kanan menyentuh diafragma potter Bucky
Ditempatkan film memanjang sehingga fundus uteri masuk dalam bidang film
Posisi tubuh diatur agar tepi lateral gluteus tepat pada batas lateral film
Sentralisasi : pada jarak 1 inci diatas tepi superior trochanter mayor
Jarak FFD = 36 inci
Ukuran Film : 18 x 14 inci atau 14 x 17 inci Penghitungan hasil pengukuran yang sebenarnya dicari dengan menggunakan nomogram holmquest.

3. METHODE COLCHER - SUSSMAN

Prinsip metode ini bahwa jarak titik yang diukur harus sebidang dengan alat pengukur sehingga bidang level yang sama mempunyai distorsi yang sama pula.
1. Posisi AP (Anteroposterior)

Posisi Pasien
Penderita diletakan diatas meja dengan posisi supine sehingga bsagitalis media tepat pada garis tengah meja
Kedua lengan disamping tubuh dan kedua bahu diletakan pada satu bidang tranversa. Lutut ditekuk untuk menaikan pelvis bagian atas serta kedua telapak kaki menapak pada meja dan diberi bantalan pasir agar tidak bergerak
Alat pelvimeter dipasang tranversa pada lipatan glutea setinggi dataran tuber isciadika , yang terletak kira-kira 10 cm dibawah batas atas simpisis
Sentralisasi : tepi atas simpisis pubis
Jarak FFD : 36 atau 40 inchi
Ukuran Kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 35 cm
2. Posisi Lateral

Posisi Pasien
Pasien berbaring miring pada sisi kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga trokhanter mayor pada garis tengah meja
Kedua lengan membentuk sudut 900 dengan sumbu panjang tubuh dan kedua lutut flexi saling berlipat. Scapula terletak pada satu bidang vertical
Alat pelvimeter diletakan memanjang pada bidang sagitalis media daerah lipatan glutea.
Tahan nafas waktu ekposisi
Sentralisasi : sinar tegak lurus pada trokanter mayor femur
Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 36 x 35 cm
Jarak FFD : 36 atau 40 inci.
2.3. Teknik Penghitungan dan Pengukuran
Sebenarnya ada banyak method pengukuran lebar panggul pada pemeriksaan pelvimetri, antara lain :

Pengukuran dengan Penghitungan Geometris dan koreksinya
Pengukuran Menurut Metode Thoms
Pengukuran Metode Ball
Pengukuran Metode Coicher Sussman
Pengukuran Metode Emerik Markoviks
Pengukuran menurut David Sutton
Pengukuran Menurut Isodine Meschan
Pengukuran Menurut Mangert
Namun yang akan dibahas disini hanya beberapa methode pengukuran, yakni Pengukuran dengan perhitungan distorsi geometris dengan koreksinya, Pengukuran Menurut Metode Thoms, Pengukuran Metode Ball dan Pengukuran Metode Coicher Sussman

I. Pengukuran dengan perhitungan distorsi geometris dengan koreksinya
Distorsi yang terjadi pada bayangan film, terjadi karena adanya sinar X yang difergen: sehingga menyebabkan objek film menjadi lebih besar. Besarnya distorsi ini ditentukan oleh 3 faktor yaitu ukuran onjek,jarak target film dan jarak objek film.

Jika :

T : titik fokal dari tabung sinar X
S1S2 : Ukuran objek yang sebenarnya (cm)
F1F2 : Ukuran bayangan gambar pada film (cm)
TF : jarak target fim (cm)
S1F1 : jarak objek film (cm)

Dengan menggunakan persamaan segitiga dapat dihitung :
S1S2 TS3 TS
------ = ----- = ---- -------------->> S1S2=F1F2=TS/TF
F1F2 TF3 TF
Jadi :
Ukuran yang sebenarnya dapat dihitung dari ukuran bayangan film yang yerbentuk dikalikan dengan factor koreksi (TS/TF) .pembilang factor koreksi TS dihitung dari TF –SF


II. Pengukuran Methode Modifikasi Thoms
Pintu Atas Panggul

Anteroposterior: berasal dari titik dipermukaan belakang simpisis 1 cm dibawah batas superior belakang bagian permukaan anterior sacrum pada titik permukaan dari perpanjangan linea iliopektinea ( titik posterior ini dapat tidak terletak pada promontoriuum sacrum)
Tranversa: jarak melintang terlebar diantara garis iliopectinea
Sagital posterior: bagian dari diameter anteroposterior dari perpotongan dari diameter tranversa


Gambar Pengukuran Cara Thoms
Bidang Tengah Panggul
Anteroposterior: dari titik tepi batas bawah simpisis yang ditarik ke belakang melalui spina ischiadica ke sacrum yang biasanya terletak diantara vertebrae sakralis ke IV dan V
Tranversa: jarak melintang terlebar diantara garis iliopectinea
Sagitalis posterior: bagian dari diameter anteroposterior dari perpotongan diameter tranversa

Pintu Bawah Panggul
Tranversa : jarak antara permukaan dalam dari tuberischiadica (disebut juga diameter bituberial dan mudah diukur dengan palpasi manual dan tidak perlu pengukuran radiologist
Sagitalis posterior : Jarak antara titik tengah diameter tranversa dan ujung dakrum.
Hasil pengukuran diameter PAP dapat langsung terukur sesuai dengan panjang skala Thoms yangterproyeksi pada film. Tetapi diameter tranversal bidang tengah panggul dari diameter bispina harus dilakukan koreksi. Menurut Meschan besarnya koreksi pada ketinggian 72 inci adalah 5 %.


III. Pengukuran Methode Ball
Pintu Atas Panggul

Diameter anteroposterior (promontorium ke pubis (11,5 cm)
Diameter tranversa ( 12,5 cm) Bidang Tengah Panggul


Diameter anteroposterior (simpisis pubis ke bagian bawah segmen sacral 5 (12,6 cm) jarak ini terdiri dari 2 segmen
Jarak dari simpisis pubis ke garis interspinosus (8,3)
Jarak antara interspinosus ke segmen sakralis (4,3 cm)
Diameter interspinosus (10,5 cm)Pintu Luar Panggul

Diameter tranversa (bituberal) (10,4 cm)

IV. Pengukuran Methode Colcher-Sussman
Pintu Atas Panggul

Diameter anteroposterior (I-G) : dari tepi atas simpisis bagian dalam ke permukaan dalam sacrum setinggi garis iliopectinia . melalui pertengahan tepi pelvis dan puncak arcus sakro ischiadika pincak arcus sakroischiadika diperkirakan dari satu dengan yang lainya
Diameter tranversa (A-A’) adalah diameter melintang terbesar PAP

Gambar Pengukuran cara colcher-sussman

Bidang Tengah Panggul

Diameter anteroposterior (P-M) : dari bawah bagian dalam simpisis melalui titik pertengahan bentuk spina ischiadika ke tepi anterior sacrum
Diameter tranversa (B-B’) : diameter tranversa interspinorum (F)
Pintu Bawah Panggul

Diameter anteroposterior (post sagital ST) : dari titik pertengahan tuberischiadikum (T) ke tepi bawah sacral terakhir. Titik T dicari pada proyeksi lateral, ditarik garis yang diproyeksikan dari batas foramen obturatorius ke titik terbawah tuber ischiadica. Kedua titik ini dihubungkan dan titik T pertengahan tuber ischiadika adalah pertengahan dari kedua titik tersebut
Diameter tranversa (bituberal) (C-C’) : pada proyeksi anteroposterior yang ditarik melalui garis lurus dari tepi lateral PAP ke dinding lateral pelvis atas yang nampak sebagai garis putih pada film ke perpotongan tepi bawah tuberositas ischiadika
Ukuran harga normal dari pengukuran diameter anteroposterior dan tranversa secara Colcher –Sussman:

PAP: anteroposterior+tranversa = 22-24 cm
PTP: anteroposterior+tranversa = 20-22 cm
PBP: anteroposterior+tranversa + 16-18,5 cm

PENUTUPKesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik antara lain :

Pelvimetri adalah pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk meentukan apakah bayi dapat dilahirkan pervaginam.
Adapun methode teknik pemeriksaan pelvimetri yang umum digunakan, antara lain :
Metode Modifikasi Thoms
Metode Ball
Metode Coicher-susman
Adapun kelebihan dari pelvimetri radiologis dibanding pengukuran manual antara lain :
Pemeriksaan ini memberikan ketelitian sampai ke tingkat pengukuran yang tidak dapat dilakukan secara klinis. Arti klinis ketelitian ini menjadi jelas kalau hasil pengukuran konjugata diagonalis dianggap pendek. Kalau conjugate diagonalis lebih dari 11,5 cm, dimensi anteroposterior PAP sangat jarang sempit. Tetapi bila conjugate diagonalis kurang dari 11,5 ukuran ini tidak selalu merupakan indek yang dapat diandalkan sebagai konjugata obstetrk, karena perbedaan antara kedua diameter ini, biasanya sekitar 1,5 cmdapat berkisar dari kurang dari 1 atau lebih dari 2 cm.
Pemeriksaan ini dapat memberikan ukuran yang tepat. Dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter tranversal PAP dan diameter interspinarum (diameter tranversa panggul tengah).
Dan keterbatasan pemeriksaan radiologi Pelvimetri, antara lain :
Pelvimetri hanya dapat mengukur bagian keras panggul (tulang) dan tidak dapat mengevaluasi dari bagian jaringan lunak, perubahan pengecilan kepala, kekuatan uterus dalam persalinan dan derajat relaksasi ligamentum pelvis. Fine melakukan penelitian retrospektif masing-masing pada 100 wanita dengan tehnik Thoms dan Ball: didapat 28,6 % penderita yang dilakukan pengukuran pelvimetri dengan metode Thoms didapatkan kesempitan PAP atau bidang tengah panggul. Begitu pula terdapat 22,5% disproporsi absolute dengan cara modifikasi ball, ternyata dapat dilahirkan pervagimam tanpa komplikasi.
Adanya kemungkinan false positif dan false negative pada pemeriksaan pelvimetri, disarankan agar pelvimetri tidak digunakan sebagai satu-satunya petunjuk tunggal untuk pengambilan keputusan dalam tindakan persalinan.


DAFTAR REFERENSI
Disadur darihttp://digilib.unsri.ac.id



Referensi :


1. Mochtar R. Sinopsis obstetric. 2nd ed, Jakarta :EGC 1992; 81-86, 359-364
2. Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. 2nd ed, Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawiroharjo 1991; 1-14
3. Wiknjosastro H. Anatomi jalan lahir. Dalam: Wiknjosastro H. Saifuddin AB, Rachimhadi T Ilmu Kebidanan 3rd ed. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 1992; 102-112
4. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF. The Normal Pelvis. In: William Obstetrics, 19th ed. Appleton and Lange, 1993; 283-294
5. Oxorn H. Panggul Obstetrik.In: Hakimi M. Human labor And Birth ed. Bahasa Indonesia: Yayasan Esentia Medica,1990 21-37
6. Thurnau GR, Hales KA, Morgan MA. Evaluation Of The Feral Pelvic Relationship. Clin Obstet Gynecol 1992; 35: 570-579
7. Varner MW, Cruikshank DP, Douglas WL. X-Ray Pelvimetry in Clinical Obstetrics. Am J Obstet Gynecol 1980; 56: 296-299
8. Mathies HJ. X-Ray Pelvimetry. In: Sciarra JJ Gynecology and Obstetrics, revised ed. Philadelphia: Harper and Row, 1883; 1-4
9. Prawirohardjo S. (ed) : Ilmu Kebidanan Edisi II, Yayasan Bina Pustaka Jakarta 1981: 94-104,587-599
10. Shanks S.C, Kerley P : Texbook Of X-Ray Diagnostic, Volume III second Edition , HK. Lewis, London ,1950: 576-638
11. Tadjuludin T: Imbang Foto Pelvic Mimeograft, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fak KedoK Univ Indonesia, Jakarta,1961: 1-3
12. Theodore E. Keats, Lee B. Lusted: Atlas of Roentgenographic Measurement 5th ed. 1985: 403-435


13. David Sutton: Texbook of Radiology And Medical Imaging International Student Edition Volume II, Curcil Livingstone,1987; 12081240
14. Alfred CB, Alexander HR: Obstetric Practice 7th ed. Baltimore: The Williams And Wilkins Compani 1958; 305-319
15. Eastman, Helman: Pelvimetri in Williams Obstetric 12th ed. Appleton Century –Crofts

Teknik Radiografi Sinus

PROYEKSI DASAR
PROYEKSI KHUSUS
  • SMV Parietoacanthial (waters open mouth)

1. PARIETOACANTHIAL (WATERS METHOD)
  • PATOLOGI YANG DITAMPAKKAN :
    • inflamantory condition (sinusitis, secondary osteomyelitis) dan polyp sinus. 
  • POSISI PASIEN : Erect 
  • POSISI OBYEK : 
    • Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan meja/bucky. 
    • Atur kepala sehingga MML (mentomeatal line) tegak lurus terhadap IR, OML akan membentuk sudut 37 derajat terhadap bidang IR. 
    • Atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan grid atau permukaan meja/bucky.
    • Pastikan tidak ada rotasi atau tilting Tahan nafas saat eksposi. 
  • CR : tegak lurus (horizontal) terhadap IR menuju ke acanthio.
  • FFD : 100 cm (40 inchi). 
  • STRUKTUR YANG DITAMPAKKAN : Tampak bagian inferior Sinus maxillary bebas dari superimposisi dengan processus alveolar dan petrous ridge, inferior orbital rim, dan tampak gambaran sinus frontalis oblique.


2. PARIETOACANTHIAL TRANSORAL PROJECTION 
(OPEN- MOUTH WATERS METHOD)

  • PATOLOGI YANG DITAMPAKKAN : inflamantory condition (sinusitis, secondary osteomyelitis) dan polyp sinus. 
  • Posisi Pasien : Erect 
  • Posisi obyek : 
    • Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap permukaan meja/bucky. 
    • Atur kepala sehingga OML akan membentuk sudut 37 derajat terhadap bidang IR. 
    • Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dengan tidak mengubah posisi atau ada pergerakan pada kepala dan MML menjadi tidak tegak lurus lagi 
    • Atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan grid atau permukaan meja/bucky. 
    • Pastikan tidak ada rotasi atau tilting 
    • Tahan nafas saat eksposi.
  • CR : tegak lurus (horizontal) terhadap IR menuju ke acanthio.
  • FFD : 100 cm (40 inchi). 
  • STRUKTUR YANG DITAMPAKKAN : 
    • Tampak bagian inferior Sinus maxillary bebas dari superimposisi dengan processus alveolar dan petrous ridge, inferior orbital rim, dan tampak gambaran sinus frontalis oblique. Sinus sphenoid tampak apabila pasien membuka mulut.

Anatomi Abdomen

ABDOMEN adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah (Pearce, 1999).
Rongga Abdomen dan Pelvis (Pearce, 1999)
Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).
1. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Fungsi lambung :
a. Tempat penyimpanan makanan sementara.
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum (Pearce, 1999).
2. Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar.
Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.
c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.
Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi duodenum adalah alkali. (Pearce, 1999)
3. Usus Besar
Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter.
Fungsi usus besar adalah :
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar) (Pearce, 1999)
4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungi oleh iga-iga.
Fungsi hati adalah :
a. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan darah.
b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah (Pearce, 1999).
5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce, 1999).
6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Fungsi pankreas adalah :
  1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
  1. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
  1. Menghasilkan hormon insulin → mengubah gula darah menjadi gula otot (Pearce, 1999).


7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999)
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit.
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk homoglobin dan zat besi bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
Rongga Abdomen Bagian Depan
Keterangan :
A. Diafragma
B. Esofagus
C. Lambung
D. Kaliks kiri
E. Pankreas
F. Kolon desenden
G. Kolon transversum
H. Usus halus
I. Kolon sigmoid
J. Kandung kencing
K. Apendiks
L. Sekum
M. Illium
N. Kolon asenden
O. Kandung empedu
P. Liver
Q. Lobus kanan
R. Lobus kiri
  • Patologi Abdomen
  1. Peritonitis, merupakan radang pada peritoneum yang sangat berbahaya sebagai komplikasi dari penyebaran infeksi yang terjadi pada organ-organ abdomen seperti appendicitis, salphingitis, rupture, saluran cerna, luka tembus abdomen.
  1. Obstruksi usus, merupakan penyumbatan usus yang terjadi karena adanya daya mekanik dan mempengaruhi dinding usus sehingga mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
  1. Preumo peritoneum, merupakan adanya udara di dalam rongga peritoneum, (Bontrager, 2001) 
  1. Editis Ulseratif, merupakan penyakit dimana daerah yang luas dari usus besar meradang dan mengalami ulserasi. (Bontrager, 2001) 
  1. Volvulus, disebut juga torsi merupakan pemutaran usus dengan mesenterium sehingga poros. (Bontrager, 2001) 
  1. Tumor / neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Dr. Kristanto)
  1. Ulkus atau tukak yaitu terjadi apabila sebagian permukaan tulang jaringan hilang sedang sekitarnya meradang. Bisa terjadi di kulit atau alat dalam seperti lambung dan usus (Dr. Kristanto).
SEMOGA BERMANFAAT YA.

Rasio Adenoid Nasofaring

Rasio adenoid nasofaring dapat dihitung dengan rumus= A/N. Nilai A merupakan jarak dalam antara konveksitas maksimum bayangan adenoid dan garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis (B). Nilai N merupakan jarak ataupun tepi posterior platum durum dengan tepi anterior sinkondrolis sefenobasis oksipitalis. Bila sikondrosis tidak jelas maka titik tersebut dicari dari titik potong tepi posterior inferior lamina pethrigoid lateral dan atap dari tulang yang membatasi nasofaring. ( Lusted, 1992).

Keterangan Gambar : 

  • A : jarak antara konveksitas maksimum baayangan adenoid dengan garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis. 
  • B : garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis.
  • N : jarak antara tepi posterior platum durum dengan tepi anteriorsinkondrolis sefenobasis oksipitalis.
Keterangan : 
  1. rata-rata umur : rata-rata umur anak dalam tahun 
  2. rasio adenoid normal : besar rasio adenoid nasofarng normal 
  3. standar deviasi : standar deviasi, rentang normal
Untuk mengetahui nilai rasio yang normal pada anak, dapat dihitung dengan rumus : 
"Rasio Adenoid Normal ± SD

Contoh : 
Untuk mendapatkan rasio adenoid pada anak usia 5 tahun, dapat dilihat dari Rata-rata umur pada table yaitu 4,6 tahun dan 5,6 tahun. Kemudian menggunakan rumus : Rasio Adenoid Normal ± SD. 

- Rasio adenoid pada rata-rata umur 4,6 = 0,588 + 0,1129 =  0,7009 , dan = 0,588 0,1129  = 0,4751 

- Rasio adenoid pada rata-rata umur 5,6 = 0,586 + 0,1046 = 0,6906, dan = 0,586 - 0,1046 = 0,4814

Jadi rasio adenoid pada anak usia 5 tahun berkisar antara (0,4751 – 0,7009) lebih dari nilai tersebut berarti rasio adenoid pada anak tersebut tidak normal.

Anatomi Tulang Mandibula

Tulang mandibula 

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai, 1991). 

Bagian – bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) : 
A. Korpus 

Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu : 
1) Permukaan eksternus 
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula. 

2) Permukaan internus 
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa submandibularis. 

Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu : 
1) Pinggir atas (alveolaris) 
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula. 
2) Pinggir bawah (basis) 
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma. 

B. Ramus 

Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu : 

1) Permukaan eksternus (lateralis) 
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter. 

2) Permukaan internus (medialis) 
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya. 

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu : 
  1. Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
  2. Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
  3. Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.
  4. Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula